Mual dan Muntah pada Kehamilan  

Minggu, 19 Oktober 2008

Hiperemesis Gravidarum

Mual dan Muntah pada Kehamilan

Mual dan muntah adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan muda. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, bisa setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama sekitar 10 minggu. Mengapa ini bisa terjadi?

MUAL dan muntah terjadi pada 60%-80% wanita dengan kehamilan pertama (primigravida) dan 40-60% pada wanita yang sudah pernah hamil (multigravida). Satu di antara 1.000 kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual disebabkan meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisioogik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meski gejala mual dan muntah berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.

Penyebab keadaan ini belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor predisposisi yang dikemukakan adalah:

1. Sering pada primigrvida, hamil anggur, dan kehamilan ganda. Frekwensi tinggi pada hamil anggur dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut HCG dibentuk berlebihan.

2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal (menempelnya plasenta pada rahim ibu) dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini adalah merupakan faktor organik.

3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak juga disebut sebagai salah satu faktor organik.

4. Faktor psikologik, seperti keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Tak jarang dengan memberikan suasana baru sudah dapat mengurangi frekwensi muntah.

5. Faktor endokrin seperti hipertiroid dan diabetes dan lain-lain.

Jika hiperemesis gravidarum terjadi terus menerus, dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit. Dehirasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Di samping itu dapat juga menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Dapat pula terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung dengan akibat perdarahan saluran pencernaan. Umumnya, robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.

Gejala dan Tanda

Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada. Tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum, yang menurut berat ringannya dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sbb.;

1. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada ulu hati. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, ketegangan kulit menurun, lidah mengering, dan mata cekung.

2. Penderita tampak lebih lemah dan apatis, ketegangan kulit lebih mengurang, lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit kekuningan. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, kencing sedikit, dan buang air besar tak lancar. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

3. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf pusat yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat berkurangnya zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

Pencegahan dan Terapi

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus sehingga mempengaruhi keadaan umum. Keadaan begini yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.

Pengelolaan

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah umur kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi makanlah roti kering dan teh hangat. Makan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Hindari kekurangan karbohidrat, makanlah makanan yang banyak mengandung gula.

Jika dengan cara tersebut keluhan dan gejala tak berkurang, maka diperlukan pengobatan. Sedativa (obat yang punya efek mengantuk) yang sering diberikan adalah Phenobarbital, vitamin B1 dan B6, antihistamin seperti dramamin dan avomin. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antimuntah (antiemetik) seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin.

Hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dirawat di rumah sakit, dengan rincian sbb.;

* Pada beberapa penderita hanya tidur di rumah sakit saja telah banyak mengurangi mual muntahnya.

* Isolasi, penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dengan peredaran udara yang baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Kadang dengan hal ini gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

* Terapi psikologik, perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta hilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

* Pemberian cairan infusdekstrose atau glukosa 5% 2-3 liter sehari.

* Penghentian kehamilan. Pada sebagian kecil kasus, keadaan bisa tak menjadi baik bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil karena di satu pihak tak boleh dilakukan terlalu cepat, namun di lain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.

AddThis Social Bookmark Button

Email this post